PRAKTIKUM KPKT
ACARA III
MEMBUAT KOMPOS (METODE ANAEROB)
Kompos merupakan bahan organik (sampah
organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara
mikroorganisme di dalamnya. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan
baku pembuatan kompos misalnya dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting dan
dahan, kotoran hewan, sampah sayuran, dll (Murbandono, 2007). Pembuatan kompos
atau pengomposan merupakan proses transformasi humus yang distabilkan dan
termineralisasi secara biodegradabel oleh bakteri atau mikroorganisme. Pembuatan
kompos dapat dilakukan dalam kondisi aerobik atau anaerobik. Pembuatan kompos
secara anaerob merupakan proses biodegradasi zat organik dalam lingkungan
aerobik. Produk akhir dari metabolisme secara aerobik adalah zat metana, karbon
dioksida, dan asam organik dengan berat molekul rendah (Argun et al.,
2017).
Kompos memilik banyak manfaat seperti
dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,
menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur hara, memperbaiki drainase dan
aerasi dalam tanah, membantu proses pelapukan bahan mineral, dll. Dalam
pertanian kompos memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produksi baik
secara kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat
meningkatkan kualitas lahan (Suhastyo, 2017). Pembuatan kompos relatif mudah,
bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga mudah diperoleh dan tersedia di
sekitar.
Pembuatan kompos dengan metode anaerob pada praktikum digunakan alat seperti ember atau bisa menggunakan balok/papan sebagai tempat membuat kompos, paku, dan pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu, aktivator (EM4), bahan baku kompos (limbah sayur, seresah, kotoran hewan), dan dedak atau bekatul. Metode pembuatan kompos secara anaerob dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
- Disiapkan ember atau wadah kayu dengan penutup, dan juga bahan-bahan lainnya
- Limbah rumah tangga dan bahan lainnya dicacah dengan ukuran < 2 cm dan dicampur dengan dedak atau bekatul secukupnya, dan juga dicampur dengan kotoran hewan
- Larutan aktivator dibuat dari EM4, gula pasir, dan air, dengan perbandingan 1:1:50
- Larutan aktivator ditambahkan sampai kadar air 30-40% atau sampai tidak keluar airnya saat diremas
- Campuran bahan kompos tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan, dipertahankan suhunya pada 40-50oC dengan cara diaduk-aduk
- Kompos dicek setelah 7 hari apakah sudah hancur, kemudian diaduk kembali
- Setelah 14 hari kompos di cek kembali, apabila sudah remah, tidak berbau menyengat menandakan kompos sudah matang
- Kompos yang sudah matang dikeluarkan dari wadah untuk di angin-anginkan
Pada proses pembuatan kompos dengan metode
anaerob ini membutuhkan inokulan mikroorganisme untuk mempercepat proses
pengomposannya. Inokulan mikroorganisme tersebut, pada praktikum ini didapatkan
dari larutan EM4. Ditambahkannya dedak atau bekatul dan juga kotoran hewan
karena bahan-bahan tersebut mengandung material organik dengan nilai C dan N
yang tinggi. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob
berkisar antara 10-80 hari, yang bergantung pada tingkat efektifitas dari
decomposer dan bahan baku (Restuti et al., 2018).
Berdasarkan percobaan pembuatan kompos
dengan metode anaerob yang telah dilakukan didapatkan hasil kompos seperti
berikut:
Hasil
kompos pada gambar diatas memiliki struktur yang lunak dan tidak berlumpur.
Memiliki warna coklat gelap, dengan kondisi lembab tidak kering ataupun tidak
terlalu basah yang apabila diperas tidak ada air yang menetes. Kompos tersebut
memiliki aroma tidak busuk dan menyengat, serta saat dilakukan pemanenan kompos
tersebut suhunya sudah tidak panas yang menandakan kompos sudah matang. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Restuti et al., (2018), dimana ciri
kompos yang sudah matang akan berwarna coklat kehitaman, lunak mudah
dihancurkan, suhu kompos mendekati suhu awal pengomposan, tidak berbau
menyengat, dan volumenya menyusut hingga kurang lebih setengahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Argun, Y.A., A.
Karacali, U. Calisir, dan N. Kilinc. 2017. Composting as a waste management
method. Journal of International Environmental Application & Science
12(3): 244-255.
Murbandono,
L. H. S. 2007. Membuat Kompos Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Restuti,
U., H. Diastuti, dan S. N. Handayani. 2018. Konversi limbah penyulingan daun
cengkeh dan daun sereh menjadi kompos. Prosiding Seminar Nasional dan Call
for Papers: 464-473.
Suhastyo,
A.A. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos.
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat 1(2): 63-68.
Alfian
Dyah Mandiriani
18/430382/PN/15699
Golongan
B3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar