Kamis, 26 November 2020

Membuat Kompos

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA III

MEMBUAT KOMPOS (METODE ANAEROB)

 

Kompos merupakan bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme di dalamnya. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos misalnya dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, sampah sayuran, dll (Murbandono, 2007). Pembuatan kompos atau pengomposan merupakan proses transformasi humus yang distabilkan dan termineralisasi secara biodegradabel oleh bakteri atau mikroorganisme. Pembuatan kompos dapat dilakukan dalam kondisi aerobik atau anaerobik. Pembuatan kompos secara anaerob merupakan proses biodegradasi zat organik dalam lingkungan aerobik. Produk akhir dari metabolisme secara aerobik adalah zat metana, karbon dioksida, dan asam organik dengan berat molekul rendah (Argun et al., 2017).

Kompos memilik banyak manfaat seperti dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur hara, memperbaiki drainase dan aerasi dalam tanah, membantu proses pelapukan bahan mineral, dll. Dalam pertanian kompos memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat meningkatkan kualitas lahan (Suhastyo, 2017). Pembuatan kompos relatif mudah, bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga mudah diperoleh dan tersedia di sekitar.

Pembuatan kompos dengan metode anaerob pada praktikum digunakan alat seperti ember atau bisa menggunakan balok/papan sebagai tempat membuat kompos, paku, dan pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu, aktivator (EM4), bahan baku kompos (limbah sayur, seresah, kotoran hewan), dan dedak atau bekatul. Metode pembuatan kompos secara anaerob dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

  1. Disiapkan ember atau wadah kayu dengan penutup, dan juga bahan-bahan lainnya
  2. Limbah rumah tangga dan bahan lainnya dicacah dengan ukuran < 2 cm dan dicampur dengan dedak atau bekatul secukupnya, dan juga dicampur dengan kotoran hewan
  3. Larutan aktivator dibuat dari EM4, gula pasir, dan air, dengan perbandingan 1:1:50
  4. Larutan aktivator ditambahkan sampai kadar air 30-40% atau sampai tidak keluar airnya saat diremas
  5. Campuran bahan kompos tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan, dipertahankan suhunya pada 40-50oC dengan cara diaduk-aduk
  6. Kompos dicek setelah 7 hari apakah sudah hancur, kemudian diaduk kembali
  7. Setelah 14 hari kompos di cek kembali, apabila sudah remah, tidak berbau menyengat menandakan kompos sudah matang
  8. Kompos yang sudah matang dikeluarkan dari wadah untuk di angin-anginkan

Gambar 1. Proses pembuatan kompos metode anorganik

Gambar 2. Poses pembuatan kompos metode anorganik

Pada proses pembuatan kompos dengan metode anaerob ini membutuhkan inokulan mikroorganisme untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan mikroorganisme tersebut, pada praktikum ini didapatkan dari larutan EM4. Ditambahkannya dedak atau bekatul dan juga kotoran hewan karena bahan-bahan tersebut mengandung material organik dengan nilai C dan N yang tinggi. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob berkisar antara 10-80 hari, yang bergantung pada tingkat efektifitas dari decomposer dan bahan baku (Restuti et al., 2018).

Berdasarkan percobaan pembuatan kompos dengan metode anaerob yang telah dilakukan didapatkan hasil kompos seperti berikut:

Gambar 3. Hasil pembuatan kompos metode anaerob

        Hasil kompos pada gambar diatas memiliki struktur yang lunak dan tidak berlumpur. Memiliki warna coklat gelap, dengan kondisi lembab tidak kering ataupun tidak terlalu basah yang apabila diperas tidak ada air yang menetes. Kompos tersebut memiliki aroma tidak busuk dan menyengat, serta saat dilakukan pemanenan kompos tersebut suhunya sudah tidak panas yang menandakan kompos sudah matang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Restuti et al., (2018), dimana ciri kompos yang sudah matang akan berwarna coklat kehitaman, lunak mudah dihancurkan, suhu kompos mendekati suhu awal pengomposan, tidak berbau menyengat, dan volumenya menyusut hingga kurang lebih setengahnya. 


DAFTAR PUSTAKA

Argun, Y.A., A. Karacali, U. Calisir, dan N. Kilinc. 2017. Composting as a waste management method. Journal of International Environmental Application & Science 12(3): 244-255.

Murbandono, L. H. S. 2007. Membuat Kompos Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Restuti, U., H. Diastuti, dan S. N. Handayani. 2018. Konversi limbah penyulingan daun cengkeh dan daun sereh menjadi kompos. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers: 464-473.

Suhastyo, A.A. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat 1(2): 63-68.

 

Alfian Dyah Mandiriani

18/430382/PN/15699

Golongan B3






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

  PRAKTIKUM KPKT ACARA V PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL   Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan ...