PRAKTIKUM KPKT
ACARA V
PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL
Kesuburan tanah merupakan bagian dari
keseluruhan produktivitas tanah yang berhubungan dengan status hara yang
tersedia. Kesuburan tanah juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah
dalam mensuplai nutrisi penting tanaman dan air tanah dengan jumlah yang
memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tanpa adanya zat beracun.
Kesuburan tanah mencakup sifat fisika, sifat biologi, dan sifat kimia tanah,
sifat ini dapat mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman (Mokarram dan
Hojati, 2017).
Kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu bahan organik tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah, kadar hara,
sifat koloidal tanah, reaksi tanah, dan unsur meracun yang ada di dalam tanah
(Utomo et al., 2016). Selain faktor tersebut, secara umum perubahan
cuaca akan memicu kemarau panjang dan penurunan kesuburan tanah. Kesuburan
tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas dari
tanah (Pinatih et al., 2015).
Pada praktikum ini dilakukan wawancara
dengan petani untuk mengetahui problematika kesuburan tanah yang dihadapi oleh
petani tersebut. Wawancara dilakukan pada hari Minggu, 4 Oktober 2020 di
Ringinsari, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dengan narasumber Ibu
Maryanti yang berprofesi sebagai petani cabai. Luas lahan yang dimiliki beliau sebesar
550 m2, dengan landuse berupa sawah, topografi datar, fisiografi
dataran, altitude 35,84 m dpl, serta kedalaman air tanahnya >700 cm. Keadaan
tanah di sawah beliau memiliki tekstur pasir lempungan, warna tanah coklat tua,
dengan kelengasan yang lembab, dan banyak kerikil.
Varietas yang ditanam oleh beliau adalah
cabai varietas cempluk, yang ditanam dengan jarak tanam sebesar 70 cm x 70 cm. Pada
saat dilakukan wawancara tanaman cabai yang ditanam sudah berumur 6 bulan.
Beliau menjelaskan bahwa umur panen untuk cabai tersebut sekitar 3 bulan,
dengan pola tanam tumpang sari. Tanaman cabai tersebut ditumpang sarikan dengan
tanaman kacang tanah atau kacang panjang. Terdapat rotasi tanam yang dilakukan
oleh Ibu Maryanti, yaitu padi-cabai-cabai. Tanaman padi hanya ditanam 1 kali saja
pada saat memasuki musim hujan. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh beliau
menggunakan traktor, yaitu dilakukan sebelum penanaman cabai. Pupuk yang
digunakan dalam budidaya tanaman cabai tersebut ada pupuk organik dan anorganik
diantaranya pupuk kandang, pupuk NPK Phonska, serta pupuk ZA.
Permasalahan yang dihadapi oleh Ibu
Maryanti sebagai petani cabai, yaitu pada saat musim kemarau panjang tanah
sawah menjadi kering karena kekurangan air. Menurut Jayanti (2017), jenis tanah
di daerah Kalasan Sleman adalah jenis tanah Regosol yang memiliki kandungan
pasir, debu, dan klei. Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai pori-pori
makro dalam jumlah yang banyak, sehingga menentukan kecepatan infiltrasi dan
kemampuan tanah menahan air. Pada bulan Mei-Oktober, ketersediaan lengas tanah
pada tanah Regosol di daerah Kalasan Sleman mengalami defisit lengas tanah yang
disebabkan oleh kurangnya suplai air yang diterima dibandingkan dengan
kebutuhan air untuk evapotranspirasi.
Kekeringan disebabkan oleh berkurangnya
curah hujan selama periode tertentu. Kekeringan menyebabkan lengas tanah
berkurang sehingga tanaman menjadi kekurangan air. Lengas tanah menjadi
parameter yang menentukan potensi dari produksi tanaman. Tingkat kesuburan
tanah sangat berkaitan dengan ketersediaan lengas tanah (Indarto et al.,
2014).
Kesuburan tanah dapat diartikan sebagai
kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dan air untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Ginting (2014) ketersediaan air pada
tingkat tertentu akan mempengaruhi aerasi yang berguna dalam proses
perkembangan sistem perakaran. Selain itu, air yang tersedia juga berguna bagi
proses kehidupan dan perkembangan mikroorganisme untuk merombak bahan organik
dan unsur hara menjadi bentuk tersedia bagi tanaman.
Tanaman cabai akan terpengaruh
pertumbuhannya apabila iklim mikro di sekitarnya mengalami perubahan, salah
satunya adalah kelembaban dan air. Tanaman yang kekurangan air dapat
mengakibatkan kematian. Apabila tanaman cabai kekurangan air akan menjadi
kurus, kerdil, layu, dan kemudian akan mati (Sulfany et al., 2019). Menurut
Imtiyaz et al., (2017) kesuburan tanaman cabai bergantung pada kondisi
lingkungannya seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban. Hujan menjadi sumber
utama pengairan tanaman cabai. Pertumbuhan tanaman akan baik apabila pasokan
air mencukupi. Pertumbuhan tanaman yang baik akan meningkatkan produksi dari
tanaman sehingga hasil yang diperoleh tinggi.
Tekstur dan struktur tanah merupakan dua sifat fisik tanah yang penting. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan klei. Struktur tanah merupakan susunan dari butir-butir primer dan sekunder seperti pasir, debu, dan klei membentuk agregat satu sama lain. Pemberian pupuk yang dilakukan akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Menurut Tumewu et al., (2015) penambahan pupuk kendang dapat meningkatkan pori total tanah, menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kendang dapat meningkatkan agregasi serta mengikat air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan penambahan pupuk NPK dan pupuk ZA berfungsi untuk menambah kandungan hara yang berada di dalam tanah agar ketersediaanya mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Ginting,
C. 2014. Nutrisi Tanaman. INSTIPER. Yogyakarta.
Imtiyaz,
H., B. H. Prasetio, N. Hidayat. 2017. Sistem pendukung keputusan budidaya tanaman cabai berdasarkan prediksi
curah hujan. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1(9): 733-738.
Indarto, S. Wahyuningsih,
M. Pudjojono, H. Ahmad, dan A. Yusron. 2014. Studi pendahuluan tentang penerapan metode ambang
bertingkat untuk analisis kekeringan hidrologi pada 15 das di wilayah Jawa
Timur. Jurnal Agroteknologi 8(2): 112-121.
Jayanti, K. D.
2017. Analisis lengas tanah pada tanah Regosol. Jurnal AgroPet 14(2): 13-18.
Mokarram, M., dan M. Hojati.
2017. Using ordered weight averaging (OWA) aggregation for multi-criteria soil
fertility evaluation by GIS (case study: Southeast Iran). Computers and
Electronics in Agriculture 132: 1-13.
Sulfany, R., J. Jamaluddin,
dan F. Fathahillah. 2019. Modifikasi alat penyiram berbasis sistem otomatis
pada tanaman cabai (Capsicum Annum L.). Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 5(2): 38-42.
Tumewu, P., C. P. Paruntu,
T. D. Sondakh. 2015. Hasil ubi kayu (Mannihot esculenta Crantz.)
terhadap perbedaan jenis pupuk. Jurnal LPPM Bidang Sains dan
Teknologi, 2(2): 16-27.
Utomo, M., T. Sabrina,
Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, dan Wawan. 2016. Ilmu Tanah: Dasar-dasar
dan Pengelolaan. Kencana. Jakarta.
Alfian
Dyah Mandiriani
18/430382/PN/15699
Golongan
B3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar