Kamis, 26 November 2020

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA V

PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL

 

Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan produktivitas tanah yang berhubungan dengan status hara yang tersedia. Kesuburan tanah juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah dalam mensuplai nutrisi penting tanaman dan air tanah dengan jumlah yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tanpa adanya zat beracun. Kesuburan tanah mencakup sifat fisika, sifat biologi, dan sifat kimia tanah, sifat ini dapat mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman (Mokarram dan Hojati, 2017).

Kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bahan organik tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah, kadar hara, sifat koloidal tanah, reaksi tanah, dan unsur meracun yang ada di dalam tanah (Utomo et al., 2016). Selain faktor tersebut, secara umum perubahan cuaca akan memicu kemarau panjang dan penurunan kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas dari tanah (Pinatih et al., 2015).

Pada praktikum ini dilakukan wawancara dengan petani untuk mengetahui problematika kesuburan tanah yang dihadapi oleh petani tersebut. Wawancara dilakukan pada hari Minggu, 4 Oktober 2020 di Ringinsari, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dengan narasumber Ibu Maryanti yang berprofesi sebagai petani cabai. Luas lahan yang dimiliki beliau sebesar 550 m2, dengan landuse berupa sawah, topografi datar, fisiografi dataran, altitude 35,84 m dpl, serta kedalaman air tanahnya >700 cm. Keadaan tanah di sawah beliau memiliki tekstur pasir lempungan, warna tanah coklat tua, dengan kelengasan yang lembab, dan banyak kerikil.

Varietas yang ditanam oleh beliau adalah cabai varietas cempluk, yang ditanam dengan jarak tanam sebesar 70 cm x 70 cm. Pada saat dilakukan wawancara tanaman cabai yang ditanam sudah berumur 6 bulan. Beliau menjelaskan bahwa umur panen untuk cabai tersebut sekitar 3 bulan, dengan pola tanam tumpang sari. Tanaman cabai tersebut ditumpang sarikan dengan tanaman kacang tanah atau kacang panjang. Terdapat rotasi tanam yang dilakukan oleh Ibu Maryanti, yaitu padi-cabai-cabai. Tanaman padi hanya ditanam 1 kali saja pada saat memasuki musim hujan. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh beliau menggunakan traktor, yaitu dilakukan sebelum penanaman cabai. Pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman cabai tersebut ada pupuk organik dan anorganik diantaranya pupuk kandang, pupuk NPK Phonska, serta pupuk ZA.

Gambar 1. Lahan cabai milik narasumber

Permasalahan yang dihadapi oleh Ibu Maryanti sebagai petani cabai, yaitu pada saat musim kemarau panjang tanah sawah menjadi kering karena kekurangan air. Menurut Jayanti (2017), jenis tanah di daerah Kalasan Sleman adalah jenis tanah Regosol yang memiliki kandungan pasir, debu, dan klei. Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai pori-pori makro dalam jumlah yang banyak, sehingga menentukan kecepatan infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Pada bulan Mei-Oktober, ketersediaan lengas tanah pada tanah Regosol di daerah Kalasan Sleman mengalami defisit lengas tanah yang disebabkan oleh kurangnya suplai air yang diterima dibandingkan dengan kebutuhan air untuk evapotranspirasi.

Kekeringan disebabkan oleh berkurangnya curah hujan selama periode tertentu. Kekeringan menyebabkan lengas tanah berkurang sehingga tanaman menjadi kekurangan air. Lengas tanah menjadi parameter yang menentukan potensi dari produksi tanaman. Tingkat kesuburan tanah sangat berkaitan dengan ketersediaan lengas tanah (Indarto et al., 2014).

Kesuburan tanah dapat diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dan air untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Ginting (2014) ketersediaan air pada tingkat tertentu akan mempengaruhi aerasi yang berguna dalam proses perkembangan sistem perakaran. Selain itu, air yang tersedia juga berguna bagi proses kehidupan dan perkembangan mikroorganisme untuk merombak bahan organik dan unsur hara menjadi bentuk tersedia bagi tanaman.

Tanaman cabai akan terpengaruh pertumbuhannya apabila iklim mikro di sekitarnya mengalami perubahan, salah satunya adalah kelembaban dan air. Tanaman yang kekurangan air dapat mengakibatkan kematian. Apabila tanaman cabai kekurangan air akan menjadi kurus, kerdil, layu, dan kemudian akan mati (Sulfany et al., 2019). Menurut Imtiyaz et al., (2017) kesuburan tanaman cabai bergantung pada kondisi lingkungannya seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban. Hujan menjadi sumber utama pengairan tanaman cabai. Pertumbuhan tanaman akan baik apabila pasokan air mencukupi. Pertumbuhan tanaman yang baik akan meningkatkan produksi dari tanaman sehingga hasil yang diperoleh tinggi.

Tekstur dan struktur tanah merupakan dua sifat fisik tanah yang penting. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan klei. Struktur tanah merupakan susunan dari butir-butir primer dan sekunder seperti pasir, debu, dan klei membentuk agregat satu sama lain. Pemberian pupuk yang dilakukan akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Menurut Tumewu et al., (2015) penambahan pupuk kendang dapat meningkatkan pori total tanah, menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kendang dapat meningkatkan agregasi serta mengikat air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan penambahan pupuk NPK dan pupuk ZA berfungsi untuk menambah kandungan hara yang berada di dalam tanah agar ketersediaanya mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gambar 2. Dokumentasi dengan narasumber


DAFTAR PUSTAKA

Ginting, C. 2014. Nutrisi Tanaman. INSTIPER. Yogyakarta.

Imtiyaz, H., B. H. Prasetio, N. Hidayat. 2017. Sistem pendukung keputusan budidaya tanaman cabai berdasarkan prediksi curah hujan. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1(9): 733-738.

Indarto, S. Wahyuningsih, M. Pudjojono, H. Ahmad, dan A. Yusron. 2014. Studi pendahuluan tentang penerapan metode ambang bertingkat untuk analisis kekeringan hidrologi pada 15 das di wilayah Jawa Timur. Jurnal Agroteknologi 8(2): 112-121.

Jayanti, K. D. 2017. Analisis lengas tanah pada tanah Regosol. Jurnal AgroPet 14(2): 13-18.

Mokarram, M., dan M. Hojati. 2017. Using ordered weight averaging (OWA) aggregation for multi-criteria soil fertility evaluation by GIS (case study: Southeast Iran). Computers and Electronics in Agriculture 132: 1-13.

Sulfany, R., J. Jamaluddin, dan F. Fathahillah. 2019. Modifikasi alat penyiram berbasis sistem otomatis pada tanaman cabai (Capsicum Annum L.). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(2): 38-42.

Tumewu, P., C. P. Paruntu, T. D. Sondakh. 2015. Hasil ubi kayu (Mannihot esculenta Crantz.) terhadap perbedaan jenis pupuk. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 2(2): 16-27.

Utomo, M., T. Sabrina, Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, dan Wawan. 2016. Ilmu Tanah: Dasar-dasar dan Pengelolaan. Kencana. Jakarta.

 

Alfian Dyah Mandiriani

18/430382/PN/15699

Golongan B3





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

  PRAKTIKUM KPKT ACARA V PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL   Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan ...