Kamis, 26 November 2020

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA V

PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL

 

Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan produktivitas tanah yang berhubungan dengan status hara yang tersedia. Kesuburan tanah juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah dalam mensuplai nutrisi penting tanaman dan air tanah dengan jumlah yang memadai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tanpa adanya zat beracun. Kesuburan tanah mencakup sifat fisika, sifat biologi, dan sifat kimia tanah, sifat ini dapat mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman (Mokarram dan Hojati, 2017).

Kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bahan organik tanah, tekstur tanah, kedalaman tanah, kadar hara, sifat koloidal tanah, reaksi tanah, dan unsur meracun yang ada di dalam tanah (Utomo et al., 2016). Selain faktor tersebut, secara umum perubahan cuaca akan memicu kemarau panjang dan penurunan kesuburan tanah. Kesuburan tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas dari tanah (Pinatih et al., 2015).

Pada praktikum ini dilakukan wawancara dengan petani untuk mengetahui problematika kesuburan tanah yang dihadapi oleh petani tersebut. Wawancara dilakukan pada hari Minggu, 4 Oktober 2020 di Ringinsari, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, dengan narasumber Ibu Maryanti yang berprofesi sebagai petani cabai. Luas lahan yang dimiliki beliau sebesar 550 m2, dengan landuse berupa sawah, topografi datar, fisiografi dataran, altitude 35,84 m dpl, serta kedalaman air tanahnya >700 cm. Keadaan tanah di sawah beliau memiliki tekstur pasir lempungan, warna tanah coklat tua, dengan kelengasan yang lembab, dan banyak kerikil.

Varietas yang ditanam oleh beliau adalah cabai varietas cempluk, yang ditanam dengan jarak tanam sebesar 70 cm x 70 cm. Pada saat dilakukan wawancara tanaman cabai yang ditanam sudah berumur 6 bulan. Beliau menjelaskan bahwa umur panen untuk cabai tersebut sekitar 3 bulan, dengan pola tanam tumpang sari. Tanaman cabai tersebut ditumpang sarikan dengan tanaman kacang tanah atau kacang panjang. Terdapat rotasi tanam yang dilakukan oleh Ibu Maryanti, yaitu padi-cabai-cabai. Tanaman padi hanya ditanam 1 kali saja pada saat memasuki musim hujan. Pengolahan lahan yang dilakukan oleh beliau menggunakan traktor, yaitu dilakukan sebelum penanaman cabai. Pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman cabai tersebut ada pupuk organik dan anorganik diantaranya pupuk kandang, pupuk NPK Phonska, serta pupuk ZA.

Gambar 1. Lahan cabai milik narasumber

Permasalahan yang dihadapi oleh Ibu Maryanti sebagai petani cabai, yaitu pada saat musim kemarau panjang tanah sawah menjadi kering karena kekurangan air. Menurut Jayanti (2017), jenis tanah di daerah Kalasan Sleman adalah jenis tanah Regosol yang memiliki kandungan pasir, debu, dan klei. Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai pori-pori makro dalam jumlah yang banyak, sehingga menentukan kecepatan infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Pada bulan Mei-Oktober, ketersediaan lengas tanah pada tanah Regosol di daerah Kalasan Sleman mengalami defisit lengas tanah yang disebabkan oleh kurangnya suplai air yang diterima dibandingkan dengan kebutuhan air untuk evapotranspirasi.

Kekeringan disebabkan oleh berkurangnya curah hujan selama periode tertentu. Kekeringan menyebabkan lengas tanah berkurang sehingga tanaman menjadi kekurangan air. Lengas tanah menjadi parameter yang menentukan potensi dari produksi tanaman. Tingkat kesuburan tanah sangat berkaitan dengan ketersediaan lengas tanah (Indarto et al., 2014).

Kesuburan tanah dapat diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara dan air untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Ginting (2014) ketersediaan air pada tingkat tertentu akan mempengaruhi aerasi yang berguna dalam proses perkembangan sistem perakaran. Selain itu, air yang tersedia juga berguna bagi proses kehidupan dan perkembangan mikroorganisme untuk merombak bahan organik dan unsur hara menjadi bentuk tersedia bagi tanaman.

Tanaman cabai akan terpengaruh pertumbuhannya apabila iklim mikro di sekitarnya mengalami perubahan, salah satunya adalah kelembaban dan air. Tanaman yang kekurangan air dapat mengakibatkan kematian. Apabila tanaman cabai kekurangan air akan menjadi kurus, kerdil, layu, dan kemudian akan mati (Sulfany et al., 2019). Menurut Imtiyaz et al., (2017) kesuburan tanaman cabai bergantung pada kondisi lingkungannya seperti suhu, curah hujan, dan kelembaban. Hujan menjadi sumber utama pengairan tanaman cabai. Pertumbuhan tanaman akan baik apabila pasokan air mencukupi. Pertumbuhan tanaman yang baik akan meningkatkan produksi dari tanaman sehingga hasil yang diperoleh tinggi.

Tekstur dan struktur tanah merupakan dua sifat fisik tanah yang penting. Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan klei. Struktur tanah merupakan susunan dari butir-butir primer dan sekunder seperti pasir, debu, dan klei membentuk agregat satu sama lain. Pemberian pupuk yang dilakukan akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Menurut Tumewu et al., (2015) penambahan pupuk kendang dapat meningkatkan pori total tanah, menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kendang dapat meningkatkan agregasi serta mengikat air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan penambahan pupuk NPK dan pupuk ZA berfungsi untuk menambah kandungan hara yang berada di dalam tanah agar ketersediaanya mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gambar 2. Dokumentasi dengan narasumber


DAFTAR PUSTAKA

Ginting, C. 2014. Nutrisi Tanaman. INSTIPER. Yogyakarta.

Imtiyaz, H., B. H. Prasetio, N. Hidayat. 2017. Sistem pendukung keputusan budidaya tanaman cabai berdasarkan prediksi curah hujan. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 1(9): 733-738.

Indarto, S. Wahyuningsih, M. Pudjojono, H. Ahmad, dan A. Yusron. 2014. Studi pendahuluan tentang penerapan metode ambang bertingkat untuk analisis kekeringan hidrologi pada 15 das di wilayah Jawa Timur. Jurnal Agroteknologi 8(2): 112-121.

Jayanti, K. D. 2017. Analisis lengas tanah pada tanah Regosol. Jurnal AgroPet 14(2): 13-18.

Mokarram, M., dan M. Hojati. 2017. Using ordered weight averaging (OWA) aggregation for multi-criteria soil fertility evaluation by GIS (case study: Southeast Iran). Computers and Electronics in Agriculture 132: 1-13.

Sulfany, R., J. Jamaluddin, dan F. Fathahillah. 2019. Modifikasi alat penyiram berbasis sistem otomatis pada tanaman cabai (Capsicum Annum L.). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 5(2): 38-42.

Tumewu, P., C. P. Paruntu, T. D. Sondakh. 2015. Hasil ubi kayu (Mannihot esculenta Crantz.) terhadap perbedaan jenis pupuk. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 2(2): 16-27.

Utomo, M., T. Sabrina, Sudarsono, J. Lumbanraja, B. Rusman, dan Wawan. 2016. Ilmu Tanah: Dasar-dasar dan Pengelolaan. Kencana. Jakarta.

 

Alfian Dyah Mandiriani

18/430382/PN/15699

Golongan B3





Membuat Kompos

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA III

MEMBUAT KOMPOS (METODE ANAEROB)

 

Kompos merupakan bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme di dalamnya. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompos misalnya dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, sampah sayuran, dll (Murbandono, 2007). Pembuatan kompos atau pengomposan merupakan proses transformasi humus yang distabilkan dan termineralisasi secara biodegradabel oleh bakteri atau mikroorganisme. Pembuatan kompos dapat dilakukan dalam kondisi aerobik atau anaerobik. Pembuatan kompos secara anaerob merupakan proses biodegradasi zat organik dalam lingkungan aerobik. Produk akhir dari metabolisme secara aerobik adalah zat metana, karbon dioksida, dan asam organik dengan berat molekul rendah (Argun et al., 2017).

Kompos memilik banyak manfaat seperti dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur hara, memperbaiki drainase dan aerasi dalam tanah, membantu proses pelapukan bahan mineral, dll. Dalam pertanian kompos memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan dapat meningkatkan kualitas lahan (Suhastyo, 2017). Pembuatan kompos relatif mudah, bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga mudah diperoleh dan tersedia di sekitar.

Pembuatan kompos dengan metode anaerob pada praktikum digunakan alat seperti ember atau bisa menggunakan balok/papan sebagai tempat membuat kompos, paku, dan pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu, aktivator (EM4), bahan baku kompos (limbah sayur, seresah, kotoran hewan), dan dedak atau bekatul. Metode pembuatan kompos secara anaerob dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

  1. Disiapkan ember atau wadah kayu dengan penutup, dan juga bahan-bahan lainnya
  2. Limbah rumah tangga dan bahan lainnya dicacah dengan ukuran < 2 cm dan dicampur dengan dedak atau bekatul secukupnya, dan juga dicampur dengan kotoran hewan
  3. Larutan aktivator dibuat dari EM4, gula pasir, dan air, dengan perbandingan 1:1:50
  4. Larutan aktivator ditambahkan sampai kadar air 30-40% atau sampai tidak keluar airnya saat diremas
  5. Campuran bahan kompos tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah yang telah disiapkan, dipertahankan suhunya pada 40-50oC dengan cara diaduk-aduk
  6. Kompos dicek setelah 7 hari apakah sudah hancur, kemudian diaduk kembali
  7. Setelah 14 hari kompos di cek kembali, apabila sudah remah, tidak berbau menyengat menandakan kompos sudah matang
  8. Kompos yang sudah matang dikeluarkan dari wadah untuk di angin-anginkan

Gambar 1. Proses pembuatan kompos metode anorganik

Gambar 2. Poses pembuatan kompos metode anorganik

Pada proses pembuatan kompos dengan metode anaerob ini membutuhkan inokulan mikroorganisme untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan mikroorganisme tersebut, pada praktikum ini didapatkan dari larutan EM4. Ditambahkannya dedak atau bekatul dan juga kotoran hewan karena bahan-bahan tersebut mengandung material organik dengan nilai C dan N yang tinggi. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob berkisar antara 10-80 hari, yang bergantung pada tingkat efektifitas dari decomposer dan bahan baku (Restuti et al., 2018).

Berdasarkan percobaan pembuatan kompos dengan metode anaerob yang telah dilakukan didapatkan hasil kompos seperti berikut:

Gambar 3. Hasil pembuatan kompos metode anaerob

        Hasil kompos pada gambar diatas memiliki struktur yang lunak dan tidak berlumpur. Memiliki warna coklat gelap, dengan kondisi lembab tidak kering ataupun tidak terlalu basah yang apabila diperas tidak ada air yang menetes. Kompos tersebut memiliki aroma tidak busuk dan menyengat, serta saat dilakukan pemanenan kompos tersebut suhunya sudah tidak panas yang menandakan kompos sudah matang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Restuti et al., (2018), dimana ciri kompos yang sudah matang akan berwarna coklat kehitaman, lunak mudah dihancurkan, suhu kompos mendekati suhu awal pengomposan, tidak berbau menyengat, dan volumenya menyusut hingga kurang lebih setengahnya. 


DAFTAR PUSTAKA

Argun, Y.A., A. Karacali, U. Calisir, dan N. Kilinc. 2017. Composting as a waste management method. Journal of International Environmental Application & Science 12(3): 244-255.

Murbandono, L. H. S. 2007. Membuat Kompos Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Restuti, U., H. Diastuti, dan S. N. Handayani. 2018. Konversi limbah penyulingan daun cengkeh dan daun sereh menjadi kompos. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers: 464-473.

Suhastyo, A.A. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat 1(2): 63-68.

 

Alfian Dyah Mandiriani

18/430382/PN/15699

Golongan B3






Jumat, 20 November 2020

Mengenal Pupuk

PRAKTIKUM KPKT

ACARA II MENGENAL PUPUK

15 JENIS PUPUK


Pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara yang digunakan untuk menggantikan unsur hara yang diserap oleh tanaman. Pupuk juga menjadi komponen yang penting dalam usaha meningkatkan hasil pertanian. Berdasarkan sumber bahan penyusunannya, pupuk digolongkan menjadi 2 golongan yaitu pupuk organik/alami dan pupuk kimia/sintesis (Dwicaksono et al., 2013). Berdasarkan cara pemberiannya pupuk dibagi menjadi pupuk akar dan pupuk daun, sedangkan berdasarkan unsur hara yang dikandungnya pupuk dibagi menjadi pupuk tunggal, pupuk majemuk, dan pupuk lengkap (Lingga dan Marsono, 2008). Berikut adalah beberapa contoh pupuk yang digunakan oleh petani:

1.    Pupuk Urea


Sumber: petrosida-gresik.com

Pupuk urea merupakan pupuk dengan kandungan nitrogen mencapai 46%, yang merupakan pupuk buatan dan mempunyai sifat higrokopis ataupun mudah larut dalam air, sehingga dapat diserap cepat oleh akar tanaman. Selain itu, pupuk urea memiliki sifat yang mudah tercuci oleh air dan mudah terbakar oleh sinar matahari (Lingga dan Marsono, 2008).
Urea (CO(NH2)2) apabila terlarut dalam air akan membentuk ion ammonium (NH4+) (Amanatin dan Nurhidayati, 2013). Kadar air maksimal pada pupuk urea adalah 0,50% atau 0,005. Urea dibuat melalui reaksi amoniak dengan karbon dioksida yang akan membentuk urea padat, dalam bentuk prill atau granul. Ukuran urea dalam bentuk prill berkisar antara 1-3 mm, sedangkan dalam bentuk granul berukuran sekitar 2-4 mm. Pupuk urea berwarna putih untuk non subsidi, sedangkan untuk pupuk urea bersubsidi berwarna merah muda. Pupuk urea biasanya dikemas dalam kantong plastik yang kemudian dilapisi karung denga nisi 50 kg (Petrokimia Gresik, 2019).

2.      Pupuk SP-36

Sumber: megaeltra.com

Pupuk SP-36 memiliki kadar P2O5 sebesar 36%, memiliki warna abu-abu kehitaman. Pupuk ini memiliki bentuk berupa butiran atau granul (Lingga dan Marsono, 2008). Menurut Novizan (2002) pupuk SP-36 terbuat dari phospat alam dan sulfat. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat, sehingga lebih sering digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimia dari pupuk ini tergolong netral, tidak higrokopis maupun membakar.
Pupuk SP-36 ini biasanya dikemas dalam karung dengan ukuran 50 kg. Pupuk SP-36 dapat digunakan untuk semua jenis tanaman seperti tanaman pangan, hortikultura, ataupun perkebunan. Memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan unsur hara fosfor dan cocok digunakan sebagai pupuk dasar tanaman semusim. Untuk tanaman pupuk SP-36 dapat memacu pertumbuhan akar, bunga, dan biji, mempercepat masa panen, dan menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan OPT.

3.      Pupuk KCl (Kalium Klorida)


Sumber: petrokimia-gresik.com

 Pupuk KCl (Kalium klorida) memiliki kandungan K2O sebesar 60%, serta klorida sebesar 46%. Pupuk KCl memiliki warna merah atau putih dengan bentuk atau tekstur seperti kristal. Pupuk ini memiliki sifat mudah larut dalam air. Pupuk KCl memiliki sifat dapat melarut dan membebaskan ion K+ sebagai kation basa, serta pupuk ini bereaksi netral (mendekati pH 7). Ion K+ akan menukar ion Al3+, serta bereaksi dengan ion OH- membentuk KOH yang menyebabkan pH tanah meningkat (Silahooy, 2008).
Pupuk KCl ini biasanya dikemas dengan menggunakan karung berukuran 50 kg. pupuk KCl cocok digunakan pada berbagai tanaman yang toleran terhadap unsur klorida dan juga dapat digunakan pada tanag dengan kadar klorida yang rendah. Pupuk KCl dapat digunakan sebagai pupuk langsung atau dicampur dengan senyawa nitrogen dan fosfor. Pupuk ini memiliki manfaat seperti dapat meningkatkan hasil panen, memperkuat batang tanaman budidaya, dan juga tanaman menjadi lebih tahan terhadap stress dan gangguan OPT. Pupuk KCl di aplikasikan pada saat tanaman memasuki fase berbunga.

4.      Pupuk ZA

Sumber: sikumis.com

Pupuk ZA (Zwavelzure amoniak) terbuat dari gas ammoniak dan asam belerang, yang mengandung N kurang lebih 20,5-21%. Pupuk ini berbentuk kristal kecil dengan warna putih, abu-abu, biru keabu-abuan atau kuning. Sifat dari pupuk ZA sedikit higroskopis yang dapat menarik uap air pada kelembaban 80% dengan suhu 30oC, sehingga harus disimpan di tempat yang kering. 
Reaksi kerja dari pupuk ini tergolong agak lambat sehingga akar tanaman tidak dapat menyerapnya bersama air tanah. Selain itu, pupuk ZA juga agak asam, apabila sering digunakan dapat membuat tanah menjadi asam (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk ini biasanya dikemas menggunkan karung dengan berat 50 kg. Manfaat pupuk ZA bagi tanaman adalah sebagai sumber belerang, unsur belerang dapat membantu daun menjadi lebih hijau, meningkatkan jumlah anakan, memperbaiki warna tanaman.

5.      Pupuk TSP


Sumber: sentrabudidaya.com

Pupuk TSP memiliki kadar P2O5 sekitar 46-48%, memiliki warna abu-abu. Pupuk ini memiliki bentuk berupa butiran atau granul dengan sifat mudah larut dalam air (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk TSP memiliki bentuk granul atau butiran dengan warna abu-abu, tidak mudah larut dalam air, bereaksi dengan lambat, dan tidak higroskopis. Pupuk TSP memiliki rumus kimia Ca(H2PO4), mengandung Ca 15%.
Pupuk TSP biasanya dikemas menggunakan karung berukuran 50 kg. Pupuk dapat digunakan sebagai pupuk dasar ataupun pupuk susulan. Pupuk ini memiliki keunggulan seperti mengandung P tinggi yang bersifat mudah larut dalam air sehingga cepat tersedia bagi tanaman. Manfaat dari pupuk TSP misalnya untuk menyusun asam nukleat, berperan penting dalam proses fotosintesis dan respirasi, merangsang perkembangan akar, dll.

6.      Pupuk rock phosphate


Sumber: petrokimia-gresik.com

Pupuk ini mengandung P2O5 minimal 28%, dengan kandungan air maksimum sebesar 1,59%. Berwarna kuning atau abu-abu dikemas menggunakan kemasan plastik dengan berat 50 kg. Sifat dari pupuk ini adalah lambat larut (slow release). Pupuk ini selain mengandung unsur fosfat juga mengandung unsur kalsium (Ca). Efisiensi dari penggunaan pupuk ini ditentukan oleh sifat kelarutan, pH tanah, kelembaban, dan suhu.
Pupuk rock phosphate dikemas menggunakan karung dengan ukuran 50 kg. Pupuk ini cocok untuk tanaman tahunan dan tanah masam. Efisiensi dari penggunaan pupuk ini dipengaruhi oleh sifat kelarutan, pH tanah, dan suhu.

7.      Pupuk ZK (Kalium Sulfat)

Sumber: petrokimia-gresik.com

Pupuk kalium sulfat memiliki kandungan kalium sebesar 50%, sulfur 17%. Pupuk ini memiliki kelebihan seperti sebagai sumber unsur kalium dan belerang kadar tinggi, aman digunakan untuk semua jenis tanaman, larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman, dapat dicampur dengan pupuk lainnya, serta tidak mudah menyerap air (higroskopis). Pupuk kalium sulfat memiliki bentuk serbuk dengan warna putih.
Pupuk kalium sulfat biasanya dikemas menggunakan karung dengan berat 50 kg. Kandungan unsur kalium yang tinggi bermanfaar untuk tanaman yang sensitive terhadap keracunan klorida seperti wortel dan kentang. Pupuk dapat disimpan lama meskipun kelembaban udara tinggi. Pupuk kalium sulfat bereaksi masam, apabila digunakan pada tanah dengan pH rendah, akan semakin menurunkan keasaman dari tanah.

8.      Pupuk NPK phonska

Sumber: pupuk-kujang.co.id
Pupuk NPK Phonska termasuk ke dalam jenis pupuk majemuk dimana di dalam pupuk ini mengandung tiga unsur yaitu Nitrogen 15%, Phospat 15%, Kalium 15%, dan Sulfur 10%. Kadar air maksimal pada pupuk ini adalah sebesar 2%. Pupuk NPK Phonska berbentuk butiran atau granul yang berwarna merah jambu, bersifat higrokopis sehingga mudah larut dalam air. Pupuk ini juga mudah siserap oleh tanaman, dan juga memiliki unsur hara yang lengkap.
Pupuk NPK Phonska tersedia dalam 2 ukuran kemassan yaitu kemasan 20 kg dan kemasan 50 kg. Fungsi dari pupuk NPK Phonska ini misalnya, dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, dapat menguatkan batang sehingga tidak mudah roboh, memacu pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dan OPT, dll.

9.      Pupuk KNO3 (Kalium Nitrat)

Sumber: benihkita.com

Pupuk KNO3 terdiri dari unsur hara Nitrogen 15%, Potassium oksida (K2O) 14%, Natrium 18%, dan Boron 0,05%. Pupuk ini unggul karena selain mengandung makro juga mengandung unsur mikro seperti boron. Unsur boron memiliki fungsi untuk pembentukan sel, pencegah mikroorganisme penyakit, dan dapat meningkatkan kualitas tanaman. Pupuk kalium nitrat mudah larut dalam air dan cukup baik digunakan untuk semua jenis tanaman karena bersifat tidak meracun.
Pupuk kalium nitrat ini dapat dikemas menggunakan karung dengan berat 2 kg. Kandungan nitrogen pada pupuk ini tidak mudah karena dalam bentuk nitrat. Kekurangan dari pupuk ini misalnya mudah tercuci, sehingga perlu diperhatikan teknik pengaplikasiannya.

      Pupuk  Dolomit

Sumber: petrokimia-gresik.com

Pupuk dengan rumus kimia CaCO3.MgCO3 ini merupakan jenis pupuk tunggal yang digunakan untuk menambah unsur hara Mg dalam tanah. Unsur Mg dan Ca menjadi unsur utama dalam pupuk ini, selain itu unsur yang lain adalah P, Fe, Mn, dan Si namun dengan jumlah yang sedikit. Kandungan dari MgO pupuk ini sebesar 18-22%, sedangkan CaO nya sebesar 40%.
Pupuk ini memiliki sifat basa yang apabila sering digunakan akan menambah atau meningkatkan pH tanah, selain itu pupuk juga cukup baik untuk larut dalam air (Lingga dan Marsono, 2008). Pupuk dolomit dapat dikemas menggunakan karung dengan berat 50 kg. Pupuk dolomit memiliki fungsi untuk menetralkan keasaman tanah atau menaikan pH tanah.

      Pupuk NPK Mutiara

Sumber: griyatani.com
Pupuk NPK Mutiara 16-16-16 merupkan pupuk yang mengandung N, P, dan K yang seimbang, serta mengandung nitrat-nitrogen (NO3), ammonium-nitrogen (NH4) yang memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan hasil yang lebih banyak Selain itu, pupuk ini juga menyediakan unsur hara kalium yang berperan dalam keseimbangan air dalam sel, bertanggung jawab dalam produksi dan pembentukan protein, meningkatkan kualitas hasil produksi baik dari warna, rasa, dan saya simpan. Pupuk ini dikemas menggunakan karung dengan berat 50 kg. 

1    Pupuk Magnesium Sulfat (MgSO4)

Sumber: sprotan-utama.com

Pupuk magnesium sulfat (MgSO4) merupakan pupuk makro dengan kandungan unsur hara magnesium oksida dan sulfur yang penting untuk tanaman. Pupuk ini biasanya berbentuk kristal berwarna putih, dan memiliki sifat yang larut dalam air. Pupuk ini berguna dalam membantu fotosintesis dan respirasi karena magnesium sulfat membantu pembentukan klorofil dan menunjang permeabilitas tanaman, meningkatkan imunitas tanaman terhadap OPT, meningkatkan produktivitas tanaman, dll.
Pupuk ini cocok untuk digunakan pada tanaman hortikultura dan perkebunan. Pupuk magnesium sulfat memiliki sifat mudah larut dalam air dengan baik, dapat diaplikasikan dengan cara dikocor, ditabur, ataupun leewat irigasi (Dwi, 2019). Pupuk dengan merk cap Pak Tani ini dikemas menggunakan karung dengan berat 25 kg.

      Pupuk Gandasil D


Sumber: sentratani.com

Pupuk daun merupakan bahan atau unsur yang diberikan pada tanaman melalui daun dengan cara penyemprotan atau penyiraman agar langsung dapat diserap tanaman. Kelebihan dari pupuk daun yaitu penyerapan haranya lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar tanaman (Hastuti et al., 2016). Pupuk daun gandasil mengandung unsur nitrogen (N) 14%, fosfat (P) 12%, kalium (K) 14%, magnesium (Mg) 1%, dan unsur lainnya seperti mangan (Mn), boron (B), tembaga (Cu), kobalt (Co), dan seng (Zn) (Lingga dan Marsono, 2008).
Pupuk ini diperuntukan untuk tanaman pada fase vegetatif atau pada masa pertumbuhan tanaman. Pupuk ini dapat menambah nutrisi pada pembentukan daun dan merangsang tumbuhnya tunas baru. Pupuk ini dikemas menggunakan kemasan plastik dengan berat 100 gr.

     Pupuk Growmore

Sumber: jirifarmstore.com

Pupuk growmore merupakan pupuk majemuk yang mengandung nitrogen, phospat, dan kalium. Pupuk growmore 32-10-10 merupakan jenis pupuk daun, dengan kandungan nitrogen 32%, phospat 10%, dan kalium 10%. Pupuk ini berperan terutama pada tanaman berusia muda hingga dewasa, pada masa vegetatif yang membutuhkan unsur nitrogen dalam jumlah yang banyak (Ainida, 2019). Pupuk growmore dikemas menggunakan kemasan botol plastik dengan berat 454 gr. Pupuk berbentuk kristal yang mudah larut dalam air. Cara penggunaan dari pupuk yaitu dengan cara disemprot melalui daun atau disiram melalui akar tanaman.

      Pupuk Bayfolan

Sumber: purotani.com
Pupuk bayfolan memiliki kandungan hara nitrogen sebesar 11%, fosfat 8%, kalium 6%, serta unsur hara lainnya seperti Fe, Mn, Cu, Zn, Co, dan gelantin. Pupuk bayfolan berbentuk cair, biasanya digunakan untuk tanaman hortikultura, tanaman hias, tanaman perkebunan. Dosis yang dianjurkan dalam penggunaan pupuk bayfolan ini adalah dengan mencampurkan 2 mL pupuk ke dalam 1 L air. Pupuk dikemas menggunakan botol plastik karena berbentuk cair, dengan isi 250 mL atau 500 mL.
Pupuk bayfolan sebaiknya diaplikasikan pada pagi hari dan sore hari, dibagian bawah daun. Pupuk sebaiknya tidak diaplikasikan pada saat hujan karena dapat mengurangi efektivitas penyerapan dan juga pada saat udara panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun dapat meningkat dan berakibat terbakarnya daun tanaman (Ainida, 2019).

 

DAFTAR PUSTAKA

Ainida. 2019. Kegunaan Pupuk Growmore dan Cara Menggunakannya. <https://ilmubudidaya.com/kegunaan-pupuk-growmore> . Diakses pada 8 November 2020.

Ainida. 2019. Kegunaan Pupuk Bayfolan dan Cara Menggunakannya. <https://ilmubudidaya.com/kegunaan-pupuk-bayfolan >. Diakses pada 8 November 2020.

Amanatin, D. R., dan T. Nurhidayati. 2013. Pengaruh kombinasi konsentrasi media ekstrak tauge (MET) dengan pupuk urea terhadap kadar protein Spirulina sp. Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(2): 182-185.

Anonim. 2017. Tentang Produk Urea. <https://www.pupukkaltim.com/id/produk-distribusi-tentang-produk>. Diakses pada 7 November 2020.

Anonim. 2019. Urea. < https://petrokimia-gresik.com/product/pupuk-urea?hl=en>. Diakses pada 7 November 2020. 

Anonim. 2015. Rock Phosphate Bumi Ijo. < http://www.lautan-luas.com/id/industries/products/rock-phosphate-of-bumi-ijo >. Diakses pada 7 November 2020.

Anonim. 2019. Pupuk Kalium Sulfat. < https://petrokimia-gresik.com/product/pupuk-zk >. Diakses pada 7 November 2020.

Anonim. 2020. Pupuk KNO3 Merah. <https://www.benihkita.com/pupuk-kno3-merah-pembungaan-dan-pembuahan-pak-tani-2kg/>. Diakses pada 13 November 2020.

Anonim. 2019. NPK Mutiara 16-16-16. <https://www.meroketetapjaya.com/product/npk-mutiara-161616 >. Diakses pada 13 November 2020.

Anonim. 2020. Pupuk SP-36. < https://megaeltra.com/sp-36/>. Diakses pada 13 November 2020.

Anonim. 2019. Manfaat Pupuk KCl. < http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88281/Manfaat-Pupuk-Kcl/>.  Diakses pada 13 November 2020.

Anonim. 2020. Amonium Sulfate.< https://pupukmahkota.co.id/produk/pupuk_tunggal_makro/za.html

https://dosenpertanian.com/pengertian-pupuk-tsp/>. Diakses pada 13 November 2020.

Dwi, D. 2019. Kegunaan Pupuk Magnesium Sulfat bagi Tanaman dan Cara Menggunakannya. < https://ilmubudidaya.com/kegunaan-pupuk-magnesium-sulfat-bagi-tanaman-dan-cara-menggunakannya> . Diakses pada 8 November 2020.

Dwicaksono, M. R. B., B. Suharto, dan L. D. Susanawati. 2013. Pengaruh penambahan Effective Microorganisms pada limbah cair industri perikanan terhadap kualitas pupuk cair organik. Jurnal Sumberdaya Alam & Lingkungan 1(1): 7-11.

Hastuti, W., E. Prihastanti, S. Haryanti, dan A. Subagio. 2016. Pemberian kombinasi pupuk daun gandasil dengan pupuk nano-silika terhadap pertumbuhan bibit mangrove (Bruguiera gymnorrhiza). Jurnal Biologi 5(2): 38-48.

Lingga, P., dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Silahooy, C. 2008. Efek pupuk KCl dan SP-36 terhadap kalium tersedia, serapan kalium dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea L.) pada tanah brunizem. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) 36(2): 126-132.


Alfian Dyah Mandiriani

18/430382/PN/15699

Golongan B3






Uji Kesuburan Tanah

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA I UJI KESUBURAN TANAH

METODE PENGAMATAN KOMODITAS TANAMAN CABAI

 

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Solanaceae, dan juga tanaman yang paling penting secara ekonomi. Pertumbuhan dari tanaman cabai dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang beragam karena adanya cekaman biotik ataupun abiotik (Kang et al., 2020). Cabai dapat hidup dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dengan ketinggian antara 1-1500 m dpl. Tanaman akan tumbuh dengan optimal saat ditanam pada tanah yang subur, mengandung banyak unsur hara, bertekstur gembur, cukup air, mengandung banyak humus, tidak terlalu liat, tidak becek, serta bebas hama dan penyakit tular tanah. Tanaman cabai dapat tumbuh optimum pada pH tanah antara 5,5-6,8 (Alif, 2017).

Kesuburan tanah merupakan potensi tanah dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesuburan tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas dari tanah (Pinatih et al., 2015). Kesuburan tanah dapat di evaluasi, salah satunya melalui uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan dari tanaman.

Metode pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman cabai pada polybag dengan perlakuan media tanam yang berbeda. Media tanam yang digunakan diantaranya yaitu tanah sawah, tanah tegalan, pasir, dan kompos. Terdapat 6 perlakuan yang berbeda diantaranya:

a.       Perlakuan dengan media tanam tanah tegalan

-          Perlakuan I   à tanah tegalan

-          Perlakuan II  à tanah tegalan: kompos (perbandingan 2:1)

-          Perlakuan III à tanah tegalan: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)

b.      Perlakuan dengan media tanam tanah sawah

-          Perlakuan I   à tanah sawah

-          Perlakuan II  à tanah sawah: kompos (perbandingan 2:1)

-          Perlakuan III à tanah sawah: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)

Polybag diisi dengan perlakuan perbandingan media tanam tersebut, kemudian ditanami dengan benih cabai, setiap polybag diisi 3 benih. Dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dengan parameter seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar (pada minggu akhir). Pengamatan dilakukan selama 5 minggu. Berdasarkan percobaan uji kesuburan tanah dengan metode pengamatan pertumbuhan tanaman, didapatkan hasil sebagai berikut:

1.      Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah tegalan



Gambar 1. Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah tegalan


Berdasarkan grafik tinggi tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan dengan kompos.


2.      Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah sawah



Gambar 2. Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah sawah


Berdasarkan grafik tinggi tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah sawah dengan kompos.

Perbedaan hasil dari tinggi tanaman cabai baik dengan perlakuan tanah tegalan atau tanah sawah tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah tanaman cabai yang tumbuh pada setiap perlakuan. Terdapat keadaan pada satu perlakuan hanya tumbuh satu tanaman. Tingginya curah hujan dan sedikitnya intensitas cahaya pada lokasi tempat tumbuh tanaman cabai menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai karena akan mempengaruhi kondisi tanah pula. Curah hujan dapat mempengaruhi pH tanah menjadi masam. Selain itu, tingginya curah hujan menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa dalam tanah (Mulyani et al., 2009). Sedangkan tanaman cabai dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi tanah dengan pH 5,5-6,8.

Pemberian kompos juga menjadi faktor yang membedakan komposisi dan keadaan tanah tempat tumbuh tanaman cabai. Pemberian kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), pemberian kompos dapat mebuat perubahan sifat fisik tanah, yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


3.      Grafik jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah tegalan



Gambar 3. Grafik jumlah daun tanaman cabai pada perlakuan tanah tegalan


Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah jumlahnya dengan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan dengan kompos.

 

4.      Grafik jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah sawah



Gambar 4. Grafik jumlah daun tanaman cabai pada perlakuan tanah sawah


Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah jumlahnya dengan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah sawah dengan kompos.

Jumlah daun yang sedikit pada perlakuan dengan tanah tegalan atau tanah sawah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kekurangan unsur hara, tanah terlalu lembab atau basah, tidak mendaparkan cahaya yang cukup, dll. Menurut Karoba et al., (2015), pertambahan jumlah daun tanaman sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara pada tempat tumbuh tanaman. Tanah yang terlalu lembab karena curah hujan yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi pH tanah. Pertumbuhan tanaman cabai kurang optimal apabila tumbuh pada media tanam yang memiliki pH kurang sesuai, karena menyebabkan penyerapan unsur hara terhambat.


5.      Histogram panjang akar tanaman cabai pada semua perlakuan



Gambar 3. Histogram panjang akar tanaman cabai pada semua perlakuan


Berdasarkan histogram panjang akar tanaman cabai di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar tanaman cabai untuk perlakuan dengan tanah sawah paling panjang terdapat pada perlakuan tanah sawah: kompos, yaitu 4,77 cm.  Panjang akar tanaman cabai untuk perlakuan dengan tanah tegalan paling panjang terdapat pada perlakuan tanah tegalan: kompos, yaitu 4,67 cm Pemberian kompos menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kondisi atau sifat fisik tanah seperti stabilitas agregat, berat isi, dan pori tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), penambahan kompos pada media tanam dapat membuat tanah menjadi gembur dan dapat meningkatkan pori tanah yang dapat memudahkan akar untuk berkembang.

Berdasarkan percobaan uji kesuburan tanah yang telah dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tanaman cabai, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman cabai yang paling baik pada perlakuan tanah sawah: kompos dan juga perlakuan tanah tegalan: kompos. Pertambahan tinggi tanaman yang terjadi menunjukkan aktivitas pertumbuhan vegetatif tanaman. Tinggi tanaman menjadi variabel pertumbuhan tanaman yang mudah diamati sebagai salah satu parameter untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau pengaruh perlakuan terhadap tanaman (Patma et al., 2013).

Faktor lingkungan seperti curah hujan yang tinggi atau melebihi batas dapat mengakibatkan peningkatan volume air pada permukaan tanah, sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang berlebihan akan mempengaruhi produktivitas tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (Herlina dan Prasetyorini, 2020). Pemberian kompos pada media tanam dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

 

    DOKUMENTASI

    

Gambar 1. (A) Perlakuan tanah sawah
Gambar 2.  (B) Perlakuan tanah tegalan


Gambar 3. Hasil tanaman cabai pada hari terakhir pengamatan


DAFTAR PUSTAKA

Alif, S. M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Bio Genesis. Yogyakarta.

Herlina, N., dan A. Prasetyorini. 2020. Pengaruh perubahan iklim pada musim tanam dan produktivitas jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 25 (1): 118-128.

Kang, W.H., Y.M. Sim, N. Koo, J. Y. Nam, J. Lee, N. Kim, H. Jang, Y. M. Kim, dan S. I. Yeom. 2020. Transcriptome profiling of abiotic responses to heat, cold, salt, and osmotic stress of Capsicum annuum L. Scientific Data 7(1): 1-7.

Karoba, F., Suryani, dan R. Nurjasmi. 2015. Pengaruh perbedaan pH terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleraceae) sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Tecnique). Jurnal Ilmiah Respati Pertanian 7(2): 529- 534.

Mulyani, A., A. Rachman, dan A. Dairah. 2009. Penyebaran lahan masam, potensi dan ketersediaannya untuk pengembangan pertanian. Buku fosfat alam: Pemanfaatan fosfat alam yang digunakan langsung sebagai pupuk sumber. Balai Penelitian Tanah. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Patma, U., L. A. P. Putri, dan L. A. M. Siregar. 2013. Respon media tanam dan pemberian auksin asam asetat naftalen pada pembibitan aren (Arenga pinnata Merr). Jurnal Online Agroteknologi 1(2): 286-295

Pinatih, I. D. A. P., T. B. Kusmiyarti, dan K. D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4): 282-292.

Widodo, K.H., dan Z. Kusuma. 2018. Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman jagung di inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 5(2): 959-967.


 Alfian Dyah Mandiriani
 18/430382/PN/15699
Golongan B3

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

  PRAKTIKUM KPKT ACARA V PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL   Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan ...