Jumat, 20 November 2020

Uji Kesuburan Tanah

 

PRAKTIKUM KPKT

ACARA I UJI KESUBURAN TANAH

METODE PENGAMATAN KOMODITAS TANAMAN CABAI

 

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili Solanaceae, dan juga tanaman yang paling penting secara ekonomi. Pertumbuhan dari tanaman cabai dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang beragam karena adanya cekaman biotik ataupun abiotik (Kang et al., 2020). Cabai dapat hidup dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah dengan ketinggian antara 1-1500 m dpl. Tanaman akan tumbuh dengan optimal saat ditanam pada tanah yang subur, mengandung banyak unsur hara, bertekstur gembur, cukup air, mengandung banyak humus, tidak terlalu liat, tidak becek, serta bebas hama dan penyakit tular tanah. Tanaman cabai dapat tumbuh optimum pada pH tanah antara 5,5-6,8 (Alif, 2017).

Kesuburan tanah merupakan potensi tanah dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kesuburan tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi produktivitas dari tanah (Pinatih et al., 2015). Kesuburan tanah dapat di evaluasi, salah satunya melalui uji vegetatif tanaman dengan melihat pertumbuhan dari tanaman.

Metode pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman cabai pada polybag dengan perlakuan media tanam yang berbeda. Media tanam yang digunakan diantaranya yaitu tanah sawah, tanah tegalan, pasir, dan kompos. Terdapat 6 perlakuan yang berbeda diantaranya:

a.       Perlakuan dengan media tanam tanah tegalan

-          Perlakuan I   à tanah tegalan

-          Perlakuan II  à tanah tegalan: kompos (perbandingan 2:1)

-          Perlakuan III à tanah tegalan: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)

b.      Perlakuan dengan media tanam tanah sawah

-          Perlakuan I   à tanah sawah

-          Perlakuan II  à tanah sawah: kompos (perbandingan 2:1)

-          Perlakuan III à tanah sawah: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)

Polybag diisi dengan perlakuan perbandingan media tanam tersebut, kemudian ditanami dengan benih cabai, setiap polybag diisi 3 benih. Dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dengan parameter seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar (pada minggu akhir). Pengamatan dilakukan selama 5 minggu. Berdasarkan percobaan uji kesuburan tanah dengan metode pengamatan pertumbuhan tanaman, didapatkan hasil sebagai berikut:

1.      Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah tegalan



Gambar 1. Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah tegalan


Berdasarkan grafik tinggi tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan dengan kompos.


2.      Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah sawah



Gambar 2. Grafik tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah sawah


Berdasarkan grafik tinggi tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas, dapat diketahui bahwa tinggi tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah sawah dengan kompos.

Perbedaan hasil dari tinggi tanaman cabai baik dengan perlakuan tanah tegalan atau tanah sawah tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah tanaman cabai yang tumbuh pada setiap perlakuan. Terdapat keadaan pada satu perlakuan hanya tumbuh satu tanaman. Tingginya curah hujan dan sedikitnya intensitas cahaya pada lokasi tempat tumbuh tanaman cabai menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai karena akan mempengaruhi kondisi tanah pula. Curah hujan dapat mempengaruhi pH tanah menjadi masam. Selain itu, tingginya curah hujan menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa dalam tanah (Mulyani et al., 2009). Sedangkan tanaman cabai dapat tumbuh dengan optimal pada kondisi tanah dengan pH 5,5-6,8.

Pemberian kompos juga menjadi faktor yang membedakan komposisi dan keadaan tanah tempat tumbuh tanaman cabai. Pemberian kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), pemberian kompos dapat mebuat perubahan sifat fisik tanah, yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


3.      Grafik jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah tegalan



Gambar 3. Grafik jumlah daun tanaman cabai pada perlakuan tanah tegalan


Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah jumlahnya dengan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan dengan kompos.

 

4.      Grafik jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah sawah



Gambar 4. Grafik jumlah daun tanaman cabai pada perlakuan tanah sawah


Berdasarkan grafik jumlah daun tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah jumlahnya dengan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah sawah dengan kompos.

Jumlah daun yang sedikit pada perlakuan dengan tanah tegalan atau tanah sawah dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kekurangan unsur hara, tanah terlalu lembab atau basah, tidak mendaparkan cahaya yang cukup, dll. Menurut Karoba et al., (2015), pertambahan jumlah daun tanaman sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara pada tempat tumbuh tanaman. Tanah yang terlalu lembab karena curah hujan yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi pH tanah. Pertumbuhan tanaman cabai kurang optimal apabila tumbuh pada media tanam yang memiliki pH kurang sesuai, karena menyebabkan penyerapan unsur hara terhambat.


5.      Histogram panjang akar tanaman cabai pada semua perlakuan



Gambar 3. Histogram panjang akar tanaman cabai pada semua perlakuan


Berdasarkan histogram panjang akar tanaman cabai di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar tanaman cabai untuk perlakuan dengan tanah sawah paling panjang terdapat pada perlakuan tanah sawah: kompos, yaitu 4,77 cm.  Panjang akar tanaman cabai untuk perlakuan dengan tanah tegalan paling panjang terdapat pada perlakuan tanah tegalan: kompos, yaitu 4,67 cm Pemberian kompos menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kondisi atau sifat fisik tanah seperti stabilitas agregat, berat isi, dan pori tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), penambahan kompos pada media tanam dapat membuat tanah menjadi gembur dan dapat meningkatkan pori tanah yang dapat memudahkan akar untuk berkembang.

Berdasarkan percobaan uji kesuburan tanah yang telah dilakukan dengan mengamati pertumbuhan tanaman cabai, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman cabai yang paling baik pada perlakuan tanah sawah: kompos dan juga perlakuan tanah tegalan: kompos. Pertambahan tinggi tanaman yang terjadi menunjukkan aktivitas pertumbuhan vegetatif tanaman. Tinggi tanaman menjadi variabel pertumbuhan tanaman yang mudah diamati sebagai salah satu parameter untuk mengetahui pengaruh lingkungan atau pengaruh perlakuan terhadap tanaman (Patma et al., 2013).

Faktor lingkungan seperti curah hujan yang tinggi atau melebihi batas dapat mengakibatkan peningkatan volume air pada permukaan tanah, sehingga dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang berlebihan akan mempengaruhi produktivitas tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (Herlina dan Prasetyorini, 2020). Pemberian kompos pada media tanam dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

 

    DOKUMENTASI

    

Gambar 1. (A) Perlakuan tanah sawah
Gambar 2.  (B) Perlakuan tanah tegalan


Gambar 3. Hasil tanaman cabai pada hari terakhir pengamatan


DAFTAR PUSTAKA

Alif, S. M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Bio Genesis. Yogyakarta.

Herlina, N., dan A. Prasetyorini. 2020. Pengaruh perubahan iklim pada musim tanam dan produktivitas jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 25 (1): 118-128.

Kang, W.H., Y.M. Sim, N. Koo, J. Y. Nam, J. Lee, N. Kim, H. Jang, Y. M. Kim, dan S. I. Yeom. 2020. Transcriptome profiling of abiotic responses to heat, cold, salt, and osmotic stress of Capsicum annuum L. Scientific Data 7(1): 1-7.

Karoba, F., Suryani, dan R. Nurjasmi. 2015. Pengaruh perbedaan pH terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleraceae) sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Tecnique). Jurnal Ilmiah Respati Pertanian 7(2): 529- 534.

Mulyani, A., A. Rachman, dan A. Dairah. 2009. Penyebaran lahan masam, potensi dan ketersediaannya untuk pengembangan pertanian. Buku fosfat alam: Pemanfaatan fosfat alam yang digunakan langsung sebagai pupuk sumber. Balai Penelitian Tanah. Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Patma, U., L. A. P. Putri, dan L. A. M. Siregar. 2013. Respon media tanam dan pemberian auksin asam asetat naftalen pada pembibitan aren (Arenga pinnata Merr). Jurnal Online Agroteknologi 1(2): 286-295

Pinatih, I. D. A. P., T. B. Kusmiyarti, dan K. D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4): 282-292.

Widodo, K.H., dan Z. Kusuma. 2018. Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman jagung di inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 5(2): 959-967.


 Alfian Dyah Mandiriani
 18/430382/PN/15699
Golongan B3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Problematika Kesuburan Tanah di Sekitar Tempat Tinggal

  PRAKTIKUM KPKT ACARA V PROBLEMATIKA KESUBURAN TANAH DI SEKITAR TEMPAT TINGGAL   Kesuburan tanah merupakan bagian dari keseluruhan ...