PRAKTIKUM KPKT
ACARA I UJI KESUBURAN TANAH
METODE PENGAMATAN KOMODITAS TANAMAN CABAI
Cabai (Capsicum annum L.) merupakan
tanaman yang termasuk ke dalam famili Solanaceae, dan juga tanaman yang paling
penting secara ekonomi. Pertumbuhan dari tanaman cabai dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang beragam karena adanya cekaman biotik ataupun abiotik (Kang et
al., 2020). Cabai dapat hidup dengan baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah dengan ketinggian antara 1-1500 m dpl. Tanaman akan tumbuh dengan
optimal saat ditanam pada tanah yang subur, mengandung banyak unsur hara,
bertekstur gembur, cukup air, mengandung banyak humus, tidak terlalu liat, tidak
becek, serta bebas hama dan penyakit tular tanah. Tanaman cabai dapat tumbuh
optimum pada pH tanah antara 5,5-6,8 (Alif, 2017).
Kesuburan tanah merupakan potensi tanah
dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Kesuburan tanah yang menurun dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi produktivitas dari tanah (Pinatih et al., 2015). Kesuburan
tanah dapat di evaluasi, salah satunya melalui uji vegetatif tanaman dengan
melihat pertumbuhan dari tanaman.
Metode pengamatan terhadap pertumbuhan
tanaman dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman cabai pada polybag dengan
perlakuan media tanam yang berbeda. Media tanam yang digunakan diantaranya
yaitu tanah sawah, tanah tegalan, pasir, dan kompos. Terdapat 6 perlakuan yang
berbeda diantaranya:
a. Perlakuan
dengan media tanam tanah tegalan
-
Perlakuan I à
tanah tegalan
-
Perlakuan II à
tanah tegalan: kompos (perbandingan 2:1)
-
Perlakuan III à
tanah tegalan: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)
b. Perlakuan
dengan media tanam tanah sawah
-
Perlakuan I à
tanah sawah
-
Perlakuan II à
tanah sawah: kompos (perbandingan 2:1)
-
Perlakuan III à
tanah sawah: pasir: kompos (perbandingan 1:1:1)
Polybag diisi dengan perlakuan
perbandingan media tanam tersebut, kemudian ditanami dengan benih cabai, setiap
polybag diisi 3 benih. Dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dengan
parameter seperti tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar (pada minggu
akhir). Pengamatan dilakukan selama 5 minggu. Berdasarkan percobaan uji
kesuburan tanah dengan metode pengamatan pertumbuhan tanaman, didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Grafik
tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah tegalan
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman cabai
pada perlakuan dengan tanah tegalan
Berdasarkan grafik tinggi tanaman cabai
dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui bahwa tinggi
tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling tinggi
terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan dengan kompos.
2. Grafik
tinggi tanaman cabai pada perlakuan dengan tanah sawah
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman cabai
pada perlakuan dengan tanah sawah
Berdasarkan grafik tinggi tanaman
cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas, dapat diketahui bahwa
tinggi tanaman semakin hari semakin meningkat dengan tinggi tanaman paling
tinggi terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah sawah dengan kompos.
Perbedaan
hasil dari tinggi tanaman cabai baik dengan perlakuan tanah tegalan atau tanah
sawah tersebut disebabkan oleh perbedaan jumlah tanaman cabai yang tumbuh pada
setiap perlakuan. Terdapat keadaan pada satu perlakuan hanya tumbuh satu
tanaman. Tingginya curah hujan dan sedikitnya intensitas cahaya pada lokasi
tempat tumbuh tanaman cabai menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman cabai karena akan mempengaruhi kondisi tanah pula. Curah hujan dapat
mempengaruhi pH tanah menjadi masam. Selain itu, tingginya curah hujan
menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama basa-basa dalam tanah
(Mulyani et al., 2009). Sedangkan tanaman cabai dapat tumbuh dengan
optimal pada kondisi tanah dengan pH 5,5-6,8.
Pemberian
kompos juga menjadi faktor yang membedakan komposisi dan keadaan tanah tempat
tumbuh tanaman cabai. Pemberian kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam
tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), pemberian kompos dapat mebuat
perubahan sifat fisik tanah, yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
3. Grafik
jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah tegalan
Gambar 3. Grafik jumlah daun tanaman
cabai pada perlakuan tanah tegalan
Berdasarkan grafik jumlah daun
tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah tegalan di atas, dapat diketahui
bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah jumlahnya dengan
jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi antar tanah tegalan
dengan kompos.
4. Grafik
jumlah daun tanaman cabai pada pelakuan tanah sawah
Gambar 4. Grafik jumlah daun tanaman
cabai pada perlakuan tanah sawah
Berdasarkan
grafik jumlah daun tanaman cabai dengan beberapa perlakuan tanah sawah di atas,
dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman semakin hari semakin bertambah
jumlahnya dengan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan kombinasi
antar tanah sawah dengan kompos.
Jumlah
daun yang sedikit pada perlakuan dengan tanah tegalan atau tanah sawah dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kekurangan unsur hara, tanah
terlalu lembab atau basah, tidak mendaparkan cahaya yang cukup, dll. Menurut Karoba
et al., (2015), pertambahan jumlah daun tanaman sangat bergantung pada
ketersediaan unsur hara pada tempat tumbuh tanaman. Tanah yang terlalu lembab
karena curah hujan yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi pH tanah. Pertumbuhan
tanaman cabai kurang optimal apabila tumbuh pada media tanam yang memiliki pH
kurang sesuai, karena menyebabkan penyerapan unsur hara terhambat.
5. Histogram
panjang akar tanaman cabai pada semua perlakuan
Gambar 3. Histogram panjang akar
tanaman cabai pada semua perlakuan
Berdasarkan
histogram panjang akar tanaman cabai di atas, dapat diketahui bahwa panjang
akar tanaman cabai untuk perlakuan dengan tanah sawah paling panjang terdapat
pada perlakuan tanah sawah: kompos, yaitu 4,77 cm. Panjang akar tanaman cabai untuk perlakuan
dengan tanah tegalan paling panjang terdapat pada perlakuan tanah tegalan:
kompos, yaitu 4,67 cm Pemberian kompos menjadi faktor yang sangat mempengaruhi
kondisi atau sifat fisik tanah seperti stabilitas agregat, berat isi, dan pori
tanah. Menurut Widodo dan Kusuma (2018), penambahan kompos pada media tanam
dapat membuat tanah menjadi gembur dan dapat meningkatkan pori tanah yang dapat
memudahkan akar untuk berkembang.
Berdasarkan
percobaan uji kesuburan tanah yang telah dilakukan dengan mengamati pertumbuhan
tanaman cabai, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman cabai yang paling
baik pada perlakuan tanah sawah: kompos dan juga perlakuan tanah tegalan:
kompos. Pertambahan tinggi tanaman yang terjadi menunjukkan aktivitas
pertumbuhan vegetatif tanaman. Tinggi tanaman menjadi variabel pertumbuhan
tanaman yang mudah diamati sebagai salah satu parameter untuk mengetahui
pengaruh lingkungan atau pengaruh perlakuan terhadap tanaman (Patma et al.,
2013).
Faktor
lingkungan seperti curah hujan yang tinggi atau melebihi batas dapat mengakibatkan
peningkatan volume air pada permukaan tanah, sehingga dapat memengaruhi
pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang berlebihan akan mempengaruhi
produktivitas tanaman yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu (Herlina
dan Prasetyorini, 2020). Pemberian kompos pada media tanam dapat mempengaruhi
sifat fisik tanah, yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Alif, S. M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai
Rawit. Bio Genesis. Yogyakarta.
Herlina, N., dan A. Prasetyorini. 2020. Pengaruh perubahan iklim
pada musim tanam dan produktivitas jagung (Zea mays L.) di Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 25 (1): 118-128.
Kang, W.H., Y.M. Sim, N. Koo, J. Y. Nam, J.
Lee, N. Kim, H. Jang, Y. M. Kim, dan S. I. Yeom. 2020. Transcriptome profiling
of abiotic responses to heat, cold, salt, and osmotic stress of Capsicum
annuum L. Scientific Data 7(1): 1-7.
Karoba, F., Suryani, dan R. Nurjasmi. 2015. Pengaruh
perbedaan pH terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica
oleraceae) sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Tecnique). Jurnal
Ilmiah Respati Pertanian 7(2): 529- 534.
Mulyani, A., A. Rachman, dan A. Dairah. 2009.
Penyebaran lahan masam, potensi dan ketersediaannya untuk pengembangan
pertanian. Buku fosfat alam: Pemanfaatan fosfat alam yang digunakan
langsung sebagai pupuk sumber. Balai Penelitian Tanah. Bogor: Balai Penelitian
Tanah.
Patma,
U., L. A. P. Putri, dan L. A. M. Siregar. 2013. Respon media tanam dan
pemberian auksin asam asetat naftalen pada pembibitan aren (Arenga pinnata
Merr). Jurnal Online Agroteknologi 1(2): 286-295
Pinatih, I. D. A. P., T. B. Kusmiyarti, dan K.
D. Susila. 2015. Evaluasi status kesuburan tanah pada lahan
pertanian di Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika 4(4):
282-292.
Widodo, K.H., dan Z. Kusuma. 2018. Pengaruh
kompos terhadap sifat fisik tanah dan pertumbuhan tanaman jagung di inceptisol. Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan 5(2): 959-967.
18/430382/PN/15699
Golongan B3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar